ilustrasi oleh : Akira Kusaka diambil dari pinterest
Tahun 2017 adalah kumpulan momen-momen yang membawa perubahan bagi pergerakan perempuan baik di Indonesia maupun dunia. Pada bulan Maret, di Jakarta, ratusan perempuan dan laki-laki yang tergabung dalam Women’s March berjalan dari Sarinah ke Monas. Masing-masing dari mereka menyampaikan pesan kepada pemerintah Indonesia tentang isu perempuan dan kesetaraan gender. Poster-poster yang mereka bawa memberikan sebuah suara yang kuat: bahwa sudah saatnya kita semua peduli dengan kesetaraan gender dan perlindungan terhadap perempuan.
Di Hollywood, sebuah skandal pelecehan seksual terungkap. Perempuan-perempuan di industri hiburan Amerika Serikat dengan berani angkat bicara tentang pelecehan yang mereka alami. Tidak berhenti sampai sana, para perempuan di Hollywood bersama para aktivis membentuk gerakan untuk memperjuangkan hak dan keadilan bagi perempuan yang mengalami pelecehan, kekerasan, dan ketidaksetaraan di dunia kerja.
Dari mana gerakan-gerakan ini berasal?
Mereka datang dari perempuan yang kita temui sehari-hari. Yang mungkin pernah kita lihat wajahnya di layar kaca, atau bahkan duduk di samping kita dalam kendaraan umum. Mereka adalah kumpulan kisah yang lama terpendam. Suara-suara yang terlalu takut untuk keluar untuk menceritakan kebenaran. Mereka, pada akhirnya, adalah sebuah keberanian yang membongkar kebungkaman.
“What I know for sure is that speaking your truth is the most powerful tool we all have.”
Oprah Winfrey
Tahun 2017 juga menjadi tahun yang sangat dinamis bagi tim ceritaperempuan.id. Kisah-kisah yang tertuang dalam tulisan yang kami publikasikan di dalam blog adalah refleksi atas apa yang bisa terjadi kepada siapa pun, kapan pun. Begitu banyak kisah penuh inspirasi hingga akhirnya kami mengadakan beberapa event berdasarkan tema tulisan yang masuk. Kami yakin, tidak mudah pula bagi mereka untuk menuliskan pengalaman masing-masing. Maka, bagi kami, setiap cerita adalah penghargaan terhadap apa yang sudah penulisnya lewati.
Tulisan-tulisan di blog ceritaperempuan.id memiliki tema yang bervariasi. Salah satunya adalah perjalanan panjang melewati postpartum depression (My Baby Blues) yang membawa ke kesadaran akan hak-hak ibu di tempat kerja. Juga bagaimana senyuman bisa membantu kita menghadapi kesedihan dan tantangan, serta kerelaan diri dalam kehilangan (The Strongest Smile). Ada juga dilema untuk tetap melanjutkan sekolah di luar negeri saat salah satu anggota keluarga jatuh sakit (Go Big or Go Home?). Bahkan, muncul juga pertanyaan tentang apakah diri sendiri ‘cukup’ untuk dicintai (I am Enough). Tak lupa, kisah kegigihan dalam menggebrak apa yang orang lain sebut ‘limitasi’ berupa epilepsi (What would You Do If You weren’t Afraid?) juga kembali mengingatkan betapa kuatnya kita sebagai manusia.
Semua judul tulisan yang kami sebutkan tadi (dan masih banyak lagi di blog) sepintas memiliki topik jauh berbeda. Namun, ada satu benang merah yang menjalin semuanya: perjuangan. Melalui kisah-kisah yang dibagi di blog maupun event, kami pun menyadari betapa banyak tantangan yang para perempuan hadapi. Betapa banyak perjuangan yang harus dimulai dan dilanjutkan.
“A voice is a human gift; it should be cherished and used, to utter fully human speech as possible. Powerlessness and silence go together.”
Margaret Atwood
Tahun ini, ceritaperempuan.id pun akan terus memperkuat apa yang sudah kami lakukan sebelumnya. Kami akan tetap menjadi wadah berbagi kisah, pengalaman, serta inspirasi antara perempuan dan pendukungnya. Kami akan terus menyediakan ruang yang aman bagi mereka yang ingin berbagi kisah dengan menghargai perbedaan dan tanpa prasangka.
Semoga tahun 2018 membawa kebaikan kepada kita semua. Meski waktu berjalan dengan cepat, mari kita mengambil napas barang sejenak. Mendengarkan mereka yang harus didengar. Dan, percaya bahwa kita tidak sendirian.
Salam,
ceritaperempuan.id