Baru ketika saya lulus dari salah satu universitas terbaik di Indonesia, saya menyadari bahwa sampai saat tersebut sebenarnya saya telah meninggalkan banyak tanggung jawab, tanggung jawab ke diri sendiri, keluarga, dan lingkungan. Sejujurnya saat itu tiba-tiba saya merasa banyak sekali hal yang seharusnya saya lakukan ternyata tidak saya lakukan semasa saya kuliah dulu, dan yang seharusnya saya tidak lakukan malah saya lakukan. Mengenang kembali pemikiran saya setelah lulus, saya teringat saya berpikir, "Well, we can not turn back our time, just move on and be better person."
Setelah kelulusan saya itu, saya lalu berusaha menjalani kehidupan sewajarnya sebagai perempuan dan mahasiswa yang baru lulus yaitu mencari pekerjaan sebagai bentuk aktualisasi diri kemudian mencari pasangan hidup. Tujuan saya saat itu adalah menikah lalu mempunyai anak, as simple as that, there's no big dream. Bukan tidak mau bermimpi, tapi saya lebih berusaha berkaca akan kemampuan diri :)
Ketika saya mendapatkan pekerjaan saya yang sekarang, pekerjaan yang jika saya boleh jujur saya dapatkan karena faktor keberuntungan, saya merasa sangat bersyukur. Saat itu dengan pekerjaan ini, saya diberikan desempatan untuk bekerja di kampung halaman dengan bidang yang berbeda dari jurusan kuliah saya. Selama masa awal kerja itu, saya mencoba memaksimalkan pembelajaran teknis terkait pekerjaan dan juga untuk belajar dengan komunitas teman-teman kantor. Banyak pengalaman baru yang saya dapatkan di tahun pertama bekerja.
Tidak beberapa lama kemudian saya menikah dan mengajukan penempatan kerja di Ibu kota agar bisa hidup bersama dengan suami. Semua berjalan sesuai rencana walaupun kendala dan godaan tetap muncul. Salah satunya adalah saya mendapatkan tawaran di salah satu perusahaan minyak yang sudah saya cita-citakan dari dulu. Tapi dengan berat hati tawaran tersebut harus ditolak, karena akan lebih baik jika saya hidup bersama dengan suami saya.
Menjadi insan ibu kota merupakan tantangan baru tersendiri bagi saya, karena selama ini saya hidup dan besar di daerah. Tidak seramai dan tidak semenantang di Ibu kota. Tanggung jawab saya di kantor Jakarta tidak jauh berbeda dengan di Balikpapan, sehingga tidak terlalu menemui hambatan berarti di pekerjaan. Hambatan itu justru datang dari diri sendiri: saya harus belajar how to manage and balance my time, my work, and social life!
Kemudian saya dikaruniai seorang anak perempuan, lalu peran saya menjadi bertambah. I am now a mom, a wife, and an employee, all at the same time! What a challenge! Terus terang, dengan perubahan itu dalam hidup saya saat itu, saya takut sekali bermimpi untuk mempunyai karir gemilang di kantor, yang ada di pikiran saya adalah bagaimana saya bisa menjadi istri dan ibu yang baik. Sedangkan untuk peran saya sebagai karyawan, saya pikir menjadi karyawan biasa saja sudah sudah cukup.
Sampai akhirnya saya dikaruniai seorang anak laki-laki yang berkebutuhan khusus. Dengan perkembangan ini, sepertinya cita-cita untuk memiliki karir yang gemilang di kantor menjadi semakin jauh. Terlalu banyak hari dimana saya tidak bisa masuk kantor karena saya harus menemani anak saya. Walau begitu saya masih juga bekerja di kantor karens bagi saya ini adalah cara Tuhan memberikan saya rejeki saat ini untuk membantu anak saya. Pada akhirnya saya berpikir bahwa, selama saya bisa membagi waktu untuk keluarga dan kerjaan, maka I will go with this path. Walau keputusan itu telah saya ambil, pada praktiknya semua memang butuh pengorbanan dan perjuangan, sampai saat ini pun saya tetap merasa bahwa I've got so many things that I need to do! Karena itu saya harus tetap gigih dan berusaha keras.
Apakah pernah merasa jenuh? Ya, untuk mengatasi ini saya lebih suka menyalurkan hobi dengan berjualan, belajar berbisnis, berkomunikasi sekaligus menambah relasi.
Walau begitu, pertanyaan yang sering saya ataupun orang lain ajukan pada diri saya sendiri adalah kenapa saya bisa bertahan sampai sejauh ini? Jawabannya adalah dukungan dari suami, keluarga, sahabat, rekan kerja satu divisi, wanita-wanita hebat di kantor dengan berbagai latar belakang dan juga atasan di kantor. Saya terbiasa untuk terbuka tentang kondisi saya, terutama dengan rekan kerja satu divisi dan atasan saya di kantor.
Apakah saya masih takut bermimpi untuk memiliki karir gemilang di kantor saat ini? Sejujurnya Iya, tapi yang berbeda tahun ini adalah keinginan saya untuk meningkatkan kualitas diri sebagai seorang professional sehingga saya lebih percaya diri di kantor meskipun saya memiliki dua orang anak.
Sebagai wanita masa kini, mungkin ada benarnya kata-kata bahwa women can not have it all at the same time, but we need to set our little goal to achieve our BIG dream at our own time.